Komposisi Gending itu diawali dengan gending
Cucur Bawuk. Cucur atau kue cucur, bawuk adalah kemaluan anak wanita.
Cucur Bawuk artinya kemaluan anak kecil yang polos, bentuknya layaknya kue cucur
adalah gambaran kehidupan anak-anak yang polos, orisinal, penuh fantasi, dan indah.
Dilanjutkan gending Pare Anom. Pare Anom
‘buah paria yang masih muda’ buah pare atau paria yang muda itu berwarna hijau
muda yang segar, adalah gambaran buah yang berwarna hijau masih remaja. Gambaran masa
remaja yang ceria. Dilanjutkan Ladrang Srikaton yang mempunyai irama yang lincah,
agung, dinamis. Gambaran puncak kehidupan manusia di dunia, puncak karier dan prestasi
seseorang di dalam kehidupannya.
Memasuki masa paro ke tiga yang terakhir adalah
masa-masa seseorang harus sudah mendekatkan diri pada sang Khalik. Diisyaratkan dengan gending
Ketawang Suksma Ilang ’sukma melayang’ gubahan gending bernuansa
sedih.
Saat-saat nyawa seseorang meninggalkan tubuhnya
digambarkan dengan gending yang cepat dan menghentak yaitu srepeg dan sampak.
Penggambaran sakaratul maut itu dikomposisikan dengan irama yang begitu cepat dengan
kendang yang menghentak-hentak. Layaknya hentakan malaikat maut yang secara paksa membetot
nyawa. Bagi orang-orang yang sudah sampai rasanya. Irama itu membuat bulu kuduk
merinding. Ingat janji dengan malaikat maut itu. Apalagi bagi yang usianya telah senja.
Semangat untuk melanggar norma-norma agama dan masyarakat seperti korupsi, kolusi dan
segala macam pelanggaran etika seketika sirna. Dalam keadaan demikian manusia lalu
menemukan fitrahnya untuk bisa kembali pulang ke kampung akherat. Secara naluri orang yang
mendengar gending Suksma Ilang itu sedih, bahkan ada yang menangis takut
tidak bisa menemukan jalan menuju pulang. Mulih mulanira ‘kembali ke
Khalik’.
Ending dari komposisi gending itu adalah gambaran
ketika nyawa ini lepas dari badan. Gending itu makin pelan..lirih lalu menghilang
dengan damai….
From http://wayang.i2.co.id/gendingpetalon.htm
0 Comments for "Karawitan"